LDII

LDII Kaltim Gelar Webinar Peranan Bank Syariah

Pra Muswil VII, LDII Kaltim Menggelar Webinar Peran Bank Syariah dalam Pembinaan dan Pemberdayaan Ekonomi Umat

SAMARINDA – Menjelang Muswil VII, Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) LDII Provinsi Kalimantan Timur menggelar Webinar tentang Peran Bank Syariah dalam Pembinaan dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, Sabtu (29/1). Webinar diikuti oleh wirausahawan maupun perwakilan utusan DPD kabupaten kota se-Kaltim.

Ketua DPW LDII Kaltim Prof. DR. Khrisna P. Candra, M.S. yang pada kesempatan ini diwakili oleh Wakil Ketua DPW LDII Kaltim H. Abdul Rachman Zein, S.E. mengatakan bahwa webinar ini merupakan rangkaian kegiatan menjelang diselenggarakannya Musyawarah Wilayah VII, 15 Februari 2022 mendatang.

“Perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia tumbuh sangat pesat sehingga hal ini penting sekali bagi kita mengikuti perkembangannya di Indonesia. Tema kali ini juga luar biasa, yaitu Sukses dan Barokah bersama dengan Konsep Ekonomi Syariah,” tutur H. Abdul Rachman Zein.

Menurutnya, tema Ekonomi Syariah sangat berkaitan dengan delapan bidang pengabdian masyarakat yang telah diputuskan dalam keputusan Musyawarah Nasional ke-IX LDII di Jakarta, 7-8 April 2021 yang lalu. Delapan bidang tersebut antara lain Wawasan Kebangsaan, Pendidikan Keagamaan dan Dakwah, Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi Syariah, Ketahanan Pangan dan Lingkungan, Teknologi Digital, dan Energi Baru dan Terbarukan.

Secara khusus, dirinya mengucapkan terima kasih kepada narasumber antara lain Akhsin Muamar, S. Sos. I, MM, MBA dari Bank Syariah Indonesia (BSI) Jakarta bersama BSI perwakilan Balikpapan. Juga kepada narasumber pengusaha sukses Ir. H. Wildy Istimror dari Surabaya Jawa Timur serta pengusaha dari Samarinda H. Sumardi dan H. Damin.

Dalam paparannya, Akhsin mengatakan bahwa dirinya berterima kasih telah diberikan kesempatan untuk berbagi perihal Ekonomi Syariah bersama dengan warga LDII. “Ternyata dalam implementasi perbankan syariah di level teknis itu tantangan juga luar biasa. Dan kita tidak bisa berdiri sendiri, harus betul-betul bergandengan tangan dengan masyarakat, ormas, dengan alim ulama, semuanya,” tutur Akhsin.

Menurutnya, dengan kerjasama dan kolaborasi dengan masyarakat akan mengantarkan pada kejayaan Ekonomi Syariah di Indonesia. Pada kesempatan ini, Akhsin memaparkan topik terkait dengan Peran Bank Syariah dalam Pembinaan dan Pemberdayaan Usaha Umat Muslim.

Dalam paparannya, Akhsin mengatakan bahwa literasi Ekonomi Syariah di Indonesia masih terbilang rendah. Hal ini seperti yang disebutkan oleh Presiden Joko Widodo, seperti dikutip di Kompas.com (25/1/2021) silam. Pada kesempatan lain, Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin meminta generasi muda untuk meningkatkan literasi Keuangan Syariah.

Akhsin mengapresiasi upaya LDII yang secara tegas menjadikan program Ekonomi Syariah sebagai fokus organisasi pada Munas IX LDII tahun 2021 lalu.
Ia mengakui sangat mengapresiasi setelah membaca dokumen Munas IX, bahwa Program Umum LDII dalam bidang Ekonomi adalah Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia Profesional Religius untuk Pemulihan Ekonomi Menuju Indonesia Maju. Di antaranya melalui peningkatan kualitas dan kemampuan SDM pelaku ekonomi serta peningkatan pengetahuan dan pemanfaatan teknologi digital untuk kegiatan ekonomi, pengembangan ekosistem kewirausahaan dan ekonomi syariah.

“Dan saya, Alhamdulillah, bangga sekali, tidak banyak ormas yang menegaskan keberpihakan pada Perbankan Syariah, ya Ekonomi Syariah. Kadang masih malu-malu. Ini LDII mendukung Ekonomi Syariah yang digerakkan oleh pimpinannya di pusat adalah model dan potensi yang sangat berharga,” ungkapnya.

Dirinya berdoa mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemudahan dalam menerapkan Ekonomi Syariah.

Sementara itu, Ir. Wildy Istimror mengatakan bahwa enam kantor cabang perusahaan yang dikelolanya di beberapa kota antara lain di Surabaya, Semarang, Cikarang, Jakarta, Makassar dan Denpasar telah bekerja sama dengan bank syariah.

“Alhamdulillah, bisnis ini dimulai dari nol dan saat ini berpartner dengan perbankan syariah. Ada dengan BPS, ada dengan BMT, ada dengan BSI. Alhamdulillah tiga ini berjalan lancar,” ungkap Wildy.

Pada kesempatan tersebut, Wildy Istimror mengatakan bahwa saat ini LDII telah bekerja sama dengan BSI.

“Saya sampaikan kepada semua warga LDII barangkali belum mendapatkan informasi bahwa DPP LDII minggu lalu diwakili oleh Bapak Chriswanto melakukan MoU dengan BSI untuk pengembangan bisnis syariah, terutama bagaimana BSI bisa menggunakan warga LDII sebagai partner atau warga LDII menggunakan BSI di dalam urusan ekonomi syariah, baik funding maupun landing,” tuturnya.

Baginya, selama pemerintah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan bahwa perbankan tersebut adalah syariah, kemudian pengurus LDII berijtihad yang sama, maka warga LDII tinggal mengikuti apa yang sudah menjadi ijtihad untuk menjalankan Ekonomi Syariah dan menghindar dari riba.

Dewan Penasehat DPD LDII Kutai Timur KH. Muflikhun senada dengan Ir. Wildy bahwa saat ini BSI sudah sangat besar. Dirinya mengingatkan kepada warga LDII untuk memanfaatkan peluang tersebut dengan menjadi nasabah dalam menjalankan kegiatan Ekonomi Syariah.

“Alhamdulillah, BSI di sini (Kutai Timur) berkembang dan memberikan donasinya kepada yayasan kami, kalau bisa diteruskan, sudah bekerja sama dengan BSI,” ungkapnya.

KH. Muflikhun mengingatkan bahwasanya di akhir zaman orang banyak yang tidak peduli masalah perekonomian, keuangan, dan usaha yang haram maupun halal sambil mengutip riwayat dari HR Bukhari.

“Kalau dalam dalil Jawa, bal geduwal bal, mbuh watu mbuh ungkal, mbuh sepatu mbuh sandal, mbuh baju mbuh suwal, angger kene diuntal, halal. Ini yang kita cermati, tidak peduli lagi dengan halal haram. Seharusnya kita orang beragama tentulah harus bisa memilah dan memilih mana yang halal, mana yang haram,” tuturnya memberi nasehat.

Sesi Berbagi Pengalaman Usaha

Memasuki sesi bincang-bincang dan berbagi cerita, kisah perjalanan H. Sumardi sebagai pengusaha properti yang pernah jatuh bangun hingga lebih dari 1 milyar, tampak sangat menarik perhatian peserta webinar. Pasalnya, meski disampaikan dengan santai dan nada yang datar, namun muatan kisahnya memiliki pelajaran yang unik dan berharga.

Menurut Sumardi, ada anggapan dari masyarakat yang perlu diluruskan, yakni pengusaha harus perlu modal. “Modal saya di tahun 1992 itu kosong, masih karyawan perusahaan, modal saya hanya jujur, amanah, dan hidup sederhana. Dari situ banyak masyarakat yang melirik untuk mengajak kerjasama,” tutur H. Sumardi mengawali cerita.

Mulai saat itu, lanjutnya, semua usaha yang dirintisnya tidak pernah berkaitan dengan bank. “Semua saya rintis dengan kerja sama bagi hasil,” ungkapnya.

Selain melakukan usaha dengan bekerja sama, dirinya mengaku tetap bekerja sebagai karyawan. “Alhamdulillah, berkembang sampai sekarang, ROI-nya tumbuh dengan baik, saya jaga sampai sekarang,” tuturnya.

Bidang usaha yang dikembangkan mulai dari alat berat, tanah properti, maupun di bidang lainnya yang menggunakan sistem bagi hasil. “Saya anggap karyawan saya itu bukan sebagai karyawan, tapi saya anggap sebagai mitra semua,” tuturnya.

Sampai saat ini, H. Sumardi mengaku sering memberikan motivasi kepada anak-anak sekolah untuk menjadi Entrepreneur dan pengusaha agar tidak takut dengan modal. “Sepanjang kita ini jujur, amanah, kerja keras, dan hidup sederhana, maka orang akan melirik kita untuk mengajak kerja sama,” tuturnya memberi tips.

Meski demikian, perjalanan H. Sumardi sebagai pengusaha sempat beberapa kali gulung tikar. “Di tahun 2010, 2018, tapi Alhamdulillah pertolongan Allah tetap menyertai kegiatan kami,” tuturnya.

Bahkan di tahun 2002 mengalami kerugian yang cukup besar hingga menjual tujuh kapling tanah dan sebuah rumah. “Saya punya prinsip, sepanjang kewajiban saya selesaikan, Insyaallah akan ada pertolongan. Bangkitnya juga dari bertemu orang-orang yang tidak disengaja. Hasilnya lebih banyak dari yang sudah hilang. Jadi kalau kena musibah itu langsung saya serahkan kepada Allah,” pungkasnya.

(SA/LINES)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *